Rangkuman Materi PAI Kelas 11 Bab 5 Kurikulum Merdeka
Kherysuryawan.id – Rangkuman Materi PAI Kelas XI Bab 5 “Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” Semester 1 Kurikulum Merdeka.
Halo sahabat kherysuryawan, berjumpa
kembali di website pendidikan ini. Pada kesempatan kali ini admin akan memberikan
pembahasan seputar materi pelajaran yang ada pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI & BP) Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka.
Disini admin kherysuryawan akan
memberikan ringkasan materi pelajaran PAI kelas 11 kurikulum merdeka khususnya
materi yang ada pada Bab 5 yang berjudul Meneladani Jejak Langkah Ulama
Indonesia yang Mendunia. Materi ini akan dipelajari pada pembelajaran di
semester 1 kurikulum merdeka pada kelas 11 SMA/SMK.
Untuk memudahkan siswa dalam belajar maka
di butuhkan sebuah ringkasan materi, maka olehnya itu disini admin
kherysuryawan telah membuat dan menyiapkan ringkasan materi PAI kelas 11 Bab 5
“Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” yang tentunya akan
sangat memudahkan siswa dalam belajar.
Hasil ringkasan materi PAI kelas 11 Bab
5 “Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” semester 1 kurikulum
merdeka ini bersumber dari buku teks pelajaran PAI kelas 11 kurikulum merdeka.
Apabila anda yang membaca artikel ini juga memerlukan materi lengkapnya yang
terdapat pada buku teks pelajarna PAI kelas 11 kurikulum merdeka maka tenang
saja sebab disini admin juga akan membagikan file buku guru dan buku siswa PAI
kelas 11 Kurikulum merdeka.
Sebagai informasi bahwa pada materi PAI
kelas 11 Bab 5 “Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” yang
akan dipelajari ini ada beberapa tujuan yang ingin dan diharapkan untuk di
capai, diantaranya yaitu sebagai berikut :
Setelah mempelajari materi ini, Peserta
didik dapat:
- Menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia: Hamzah al-Fansuri, Nuruddin bin Ali ar-Raniri, Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili, Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati al-Makasari, Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani, Abu Abdul Mu’thi Nawawi al-Tanari al-Bantani, dan Muhammad Sholeh bin Umar alSamarani.
- Mempresentasikan paparan mengenai peran dan keteladaan ulama Islam tersebut.
- Mengakui keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia.
- Membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, kerja keras, tanggung jawab, literasi dan produktif dalam berkarya.
Baiklah bagi anda yang ingin melihat
ringkasan/rangkuman materi pelajaran PAI Kelas 11 Bab 5 “Meneladani Jejak
Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” kurikulum merdeka, maka silahkan lihat
sajian materinya di bawah ini :
Bab 5 Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia
1. Indonesia
Luas Nusantara Indonesia, terbentang
dari Barat, yakni Sabang (Provinsi NAD/Nanggro Aceh Darussalam) sampai Timur,
yakni Merauke (Provinsi Papua). Sementara dari Utara adalah Kepulauan Talaud
(Provinsi Sulawesi Utara), sedangkan dari Selatan adalah Pulau Rote (Provinsi
Nusa Tenggara Timur).
Begitu luasnya Indonesia, sehingga bisa
disamakan seperti luas Inggris melampauhi Eropa hingga Irak. Batas Barat
Indonesia berada di Grenenwich London, sedangkan batas Timurnya berada di
Baghdad Irak. Sementara, batas Utaranya di Jerman, sedangkan batas Selatannya
berada di Aljazair.
Di wilayah seluas itu, matahari harus
terbit sampai 3 kali. Akibatnya, menimbulkan perbedaan 3 waktu, yakni WIB
(Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT ((Waktu Indonesia
Timur). Itu artinya matahari terbit lebih awal 2 jam dibanding WIB, dan 1 Jam
dibanding WITA.
2. Umat Islam Indonesia
Tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk
Indonesia sekitar 273,5 juta, sementara pada tahun 2020 ini, jumlah umat
Islamnya berjumlah berjumlah 229 juta jiwa, atau 87,2 %.
Itu artinya, Umat Islam mampu mengayomi
saudaranya yang lain (baik Katolik, Kristen, Hindu, Budha, maupun Konghucu)
yang berjumlah 12,8 % (sekitar 44,5 juta). Semuanya hidup rukun dan tenteram
membentuk keindahan berperilaku sebagai bangsa Indonesia yang besar.
Bandingkan dengan negara-negara lain,
baik di dataran Eropa, Asia, Timur Tengah maupun di Amerika. Agamanya boleh
jadi sama, hanya berbeda sedikit sukunya; atau agama dan sukunya sama; bahkan
ada yang agama, bahasa, suku, tanah airnya sama; mereka saling bertikai,
berselisih sampai berperang tidak habis-habisnya, dan itu memakan waktu yang
lama, bahkan tidak berhenti sampai kini.
Bandingkan dengan negara-negara lain,
baik di dataran Eropa, Asia, Timur Tengah maupun di Amerika. Agamanya boleh
jadi sama, hanya berbeda sedikit sukunya; atau agama dan sukunya sama; bahkan
ada yang agama, bahasa, suku, tanah airnya sama; mereka saling bertikai,
berselisih sampai berperang tidak habis-habisnya, dan itu memakan waktu yang
lama, bahkan tidak berhenti sampai kini.
3. Ulama Indonesia untuk Dunia
Indonesia merdeka tidak lepas dari peran
para Ulama Indonesia. Banyak sekali nama-nama yang dapat kita sodorkan dan
menjadi pengingat tentang jejak mereka dalam memerdekakan Indonesia, yang sudah
kita kenal, antara lain: Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Pangeran Antasari,
dan lain sebagainya.
Namun kali ini, yang akan disajikan
adalah para Ulama Indonesia yang tidak hanya memberi sumbangsih besar untuk
Indonesia, tetapi mewarnai wajah dunia sampai saat ini. Mereka itu, antara
lain:
1.
Abu Abdul Mu’thi Nawawi
al-Tanari al-Bantani,
2.
Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul
Khalwati al-Makasari,
3.
Abdus Samad bin Abdullah
al-Jawi al-Palimbani,
4.
Nuruddin bin Ali ar-Raniri,
Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili,
5.
Muhammad Sholeh bin Umar
al-Samarani,
6.
Hamzah al-Fansur
Materi Inti :
1. Indonesia merdeka tidak lepas
dari peran para Ulama Indonesia. Banyak sekali nama-nama yang dapat kita
sodorkan dan menjadi pengingat tentang jejak mereka dalam memerdekakan
Indonesia, yang sudah kita kenal, antara lain: Pangeran Diponegoro, Cut Nyak
Dien, Pangeran Antasari, dll.
2. Materi ajar ini, agak berbeda
yakni Ulama Indonesia yang bukan hanya memberi sumbangsih besar untuk
Indonesia, tetapi mewarnai wajah dunia sampai saat ini. Mereka itu, antara
lain: Abu Abdul Mu’thi Nawawi al-Tanari al-Bantani, Syaikh Yusuf Abul Mahasin
Tajul Khalwati alMakasari, Abdus Samad bin Abdullah al-Jawi al-Palimbani,
Nuruddin bin Ali ar-Raniri, Syekh Abdurauf bin Ali al-Singkili, Muhammad Sholeh
bin Umar al-Samarani, Hamzah al-Fansuri.
3. Syekh Nawawi pernah menjadi
imam di Masjidil Haram. Gelarnya Sayyidul Hijaz. Di kawasan Asia Tenggara,
khususnya di dunia pesantren, karya-karyanya masih dipelajari, dikaji, dan
ditelaah.
4. Jejak dakwah Syekh Yusuf Tajul
Khalwati dimulai dari Gowa, Sulawesi Selatan, lalu diasingkan ke Srilanka (Asia
Selatan, dekat India) ke Afrika Selatan. Presiden Nelson Mandela menyebutnya
sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’.
5. Syekh Abdus Samad merupakan
pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara Indonesia. Ketokohannya
melengkapi ulama seangkatannya, misalnya Nuruddin ar-Raniri, Muhammad Arsyad
al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf al-Makasari, dan masih banyak lainnya.
6. Ilmu Syekh Nuruddin sangat luas
yang meliputi bidang sejarah, politik, sastra, filsafat, fikih, dan mistisisme
(tasawuf). Beliau juga negarawan, ahli fikih, teolog, sufi, sejarawan dan
sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada abad ke-17.
7. Syekh Nuruddin menulis beberapa
kitab. Mendalami juga Hikayat Seri Rama dan Hikayat Inderaputera, yang kemudian
dikritiknya dengan tajam, serta Hikayat Iskandar Zulkarnain. Didalami pula buku
Tāj as-Salātīn karya Bukhari al-Jauhari dan Sulālat as-Salātīn.
8. Syekh Abdul Rauf menjadi
rujukan penting para mubalig yang merintis dakwah ke berbagai daerah di
Nusantara. Hal itu sejalan dengan sifat strategis Aceh sebagai poros peradaban
Islam di Nusantara. Saat itu, Aceh menjadi tempat persinggahan calon jamaah
haji asal Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lain.
9. Kiai Sholeh Darat menjadi salah
satu pengajar di Makkah. Muridnya berasal dari seluruh penjuru dunia, termasuk
dari Jawa dan Melayu, antara lain: Hadratu Syekh KH Hasyim Asy’ari (Pendiri
NU), KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), KH Amir Idris (pekalongan), KH
Dahlan Tremas, KH Dimyathi Tremas, KH Dalhar Watucongol (Magelang), dan masih
banyak lagi.
10. Sepanjang hayatnya, Syekh
Hamzah Fansuri tidak hanya fasih berbahasa Melayu, tetapi juga Jawa, Siam,
Hindi, Arab, dan Persia. Bahasa Arab dan Persia merupakan bahasa penting pada
abad ke-16. Saat itu, di Barus sudah berkembang suatu dialek bahasa Melayu yang
unggul, di samping dialek Malaka dan Pasai.
Itulah ringkasan/rangkuman materi
Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 11 SMA/SMK Semester 1 Bab 5 “Meneladani Jejak
Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia” yang akan dipelajari pada kurikulum
merdeka.
Bagi anda yang ingin mengetahui materi
keseluruhan secara lengkap, maka anda bisa mendapatkannya pada buku teks
pelajaran PAI Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum merdeka, yang akan admin bagikan
filenya pada judul di bawah ini :
- Buku Guru & Siswa PAI Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka – (DISINI)
Demikianlah informasi yang bisa admin
kherysuryawan bagikan melalui artikel ini, semoga ringkasan/rangkuman materi
PAI Kelas 11 SMA/SMK Semester 1 Bab 5 dengan judul “Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia
yang Mendunia” yang akan dipelajari pada kurikulum merdeka ini dapat menjadi
bahan belajar yang bermanfaat bagi siswa maupun bagi guru yang membutuhkannya.