Rangkuman Materi Seni Rupa Kelas 8 Unit 3 Kurikulum Merdeka
Kherysuryawan.id – Rangkuman Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Unit 3 “APRESIASI” Semester 2 Kurikulum Merdeka.
Halo sahabat kherysuryawan, pada
postingan kali ini admin akan memberikan sebuah ringkasan materi untuk mata pelajaran
seni rupa yang merupakan salah satu cabang dari mata pelajaran seni budaya. Mata
pelajaran seni rupa nantinya akan di pelajari di jenjang SMP kurikulum merdeka.
Kita ketahui bahwa saat ini sekolah
telah menggunakan kurikulum merdeka sehingga pembelajaran yang akan dipelajari
juga merupakan materi yang bersumber dari buku teks pelajaran kurikulum
merdeka. Bagi anda yang disekolahnya telah menggunakan kurikulum merdeka namun
belum memiliki sarana pembelajaran yang lengkap khususnya dalam hal buku teks
pelajaran untuk mata pelajaran seni rupa Kelas 8 SMP kurikulum merdeka maka
anda tak perlu kuatir sebab melalui postingan ini admin akan memberikan
ringkasan materi seni rupa Kelas 8 SMP kurikulum merdeka secara lengkap.
Perlu untuk di ketahui bahwa pada mata
pelajaran seni rupa Kelas 8 SMP kurikulum merdeka materi yang akan dipelajari
nantinya yaitu berjumlah 4 Unit yang mana dari ke 4 unit tersebut nantinya akan
di pelajari mulai dari Semester 1 hingga semester 2. Pada postingan kali ini
admin akan mencoba untuk bisa berbagi materi yang telah diringkas untuk mata
pelajaran seni rupa Kelas 8 SMP kurikulum merdeka yang akan di pelajari pada Semester
2.
Adapun materi yang akan diringkas dan
disajikan pada artikel ini yaitu materi seni rupa Kelas 8 SMP Unit 3 yang
berjudul “APRESIASI”. Materi ini nantinya akan dipelajari di Semester 2 Kelas 8
kurikulum merdeka. Semoga dengan admin kherysuryawan memberikan ringkasan
materi ini maka akan memudahkan bagi guru dan siswa dalam memahami jenis materi
yang akan di pelajari di Unit 3 ini.
Selain ringkasan materi seni rupa Kelas
8 SMP kurikulum merdeka Unit 3 “APRESIASI” yang akan admin bagikan pada artikel
ini admin kherysuryawan juga akan memberikan file buku teks pelajaran seni rupa
Kelas 8 SMP kurikulum merdeka dengan tujuan agar bisa membantu rekan guru dan
siswa yang ingin mengetahui susunan materi pelajaran lengkap pada mata
pelajaran seni rupa yang akan dipelajari diKelas 8 SMP kurikulum merdeka.
Baiklah untuk anda yang ingin mengetahui
dan melihat sajian Rangkuman/Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Unit 3 “APRESIASI”
pada pembelajaran kurikulum merdeka, maka silahkan lihat sajian materinya di
bawah ini :
Unit III: Apresiasi
Materi pada Unit 3 ini Berisi
kegiatan-kegiatan pembelajaran tentang mengartikan serta menyadari sepenuhnya
seluk beluk karya seni rupa, serta menjadi peka (sensitif) terhadap gejala
estetis dan artistik, sehingga dapat menikmati dan menilai karya seni rupa
secara semestinya.
Subunit 1 berisi materi kegiatan menyadari keberadaan, menghargai mengenal
dan melestarikan budaya seni rupa nusantara berupa ragam hias.
Subunit 2 berisi materi kegiatan membandingkan karya seni rupa 2 seniman
Indonesia sebagai bentuk latihan mempelajari unsur dan prinsip seni rupa dari
karya-karya seniman besar.
Subunit 3 berisi materi kegiatan berlatih menerima pendapat, masukan dan
kritik orang lain atas karyanya, dan berlatih menilai karya orang lain dengan
pengetahuan yang telah diterimanya.
Pendidikan Seni Rupa diberikan di
sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan
perkembangan siswa, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam
bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi. Sebab lain, pendidikan
Seni Rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Pendidikan Seni Rupa dikatakan memiliki sifat multilingual karena mengembangkan
kemampuan kreatif siswa melalui berbagai bentuk bahasa rupa, seperti
unsur-unsur seni rupa, prinsip-prinsip seni rupa, bentuk ekspresi rupa, dan
sebagainya. Sifat multidimensional pendidikan seni rupa terlihat dari aspek
yang dikembangkan mencakup berbagai aspek kemampuan, antara lain kemampuan
konsep (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi
dengan melalui aspek estetika, logika, kinestika, dan etika. Sifat
multikultural pendidikan seni rupa mengejawantah dalam fungsi mengembangkan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya seni rupa, baik oleh
berbagai seniman di Indonesia, beraneka bentuk budaya rupa yang tersebar di
daerah-daerah, maupun terhadap kekayaan berbagai ornamen ragam hias yang ada di
Nusantara
Apresiasi berasal dari kata appretiatus
(Latin) yang berarti penilaian atau penghargaan. Dalam bahasa Inggris berbunyi
appreciate berarti menentukan nilai, melihat karya, menikmati lalu menyadari
keindahan karya tersebut dan menghayatinya. Menurut Albert R. Candler (Triadi:
2018), apresiasi adalah kegiatan mengartikan serta menyadari sepenuhnya seluk
beluk karya seni, serta menjadi peka (sensitif) terhadap gejala estetis dan
artistik, sehingga dapat menikmati dan menilai karya tersebut menurut
semestinya. Motivasi seseorang melakukan aktivitas apresiasi adalah dalam
rangka mencari pengalaman estetis berupa kepuasan kontemplatif dan intuitif.
Secara umum kegiatan apresiasi seni rupa
terdiri dari:
1. Pengamatan
2. Penilaian
dan evaluasi
3. Pemberian
kritik
Brent G. Wilson (1971) mengatakan
apresiasi mempunyai 3 domain, yakni:
1.
Feeling (perasaan): bahwa
apresiasi berhubungan dengan domain perasaan
2.
Valuing (nilai): bahwa
apresiasi berhubungan dengan nilai yang terkandung dalam karya seni
3.
Empathizing (empati): bahwa
apres iasi berhubungan dengan penghargaan kepada karya seni maupun senimannya
Subunit 3.1: Apresiasi Ragam Hias Tradisional Nusantara
Ada dua hal penting di dalam Subunit 3.1
ini yang harus dipahami, yaitu:
Pertama, bahwa bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang kita telah
memiliki budaya seni rupa yang bernilai tinggi.
Kedua, bahwa ragam hias tradisional Indonesia bukan budaya seni rupa
nomer dua, tapi sejajar dengan budaya seni rupa lain di dunia yang harus kita
banggakan dan lestarikan.
Pada masa pasca pleistosen di Indonesia
berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat, yaitu tradisi serpih jikah,
tradisi alat tulang dan tradisi kapak genggam Sumatra. Meski juga ditemukan
peninggalan perkakas dari kerang tetapi bentuk dan jumlahnya tidak menonjol.
Temuan peninggalan seni lukis terjadi 1950 oleh C. H. M. Heeren-Palm di gua
Leang Pattae (Sulawesi Selatan), Gua Burung (oleh van Heekeren), di Gua Jarie
(oleh C.J.H. Franssen), di Maluku, Muna, dan masih banyak lagi. Temuan-temuan
tersebut menjelaskan pada kita bahwa pada zaman tersebut telah tumbuh seni
terapan dan seni rupa.
Keberadaan tradisi seni terapan
dijelaskan dengan temuan benda gerabah dikenal manusia ketika manusia mulai
mengenal kebudayaan bercocok tanam. Budaya seni gerabah tersebar di beberapa
daerah seperti Kendenglembu (Banyuwangi), Kelapa Dua (Bogor), Serpong
(Tangerang), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), Danau Bandung, Paso
(Minahasa) dan daerah lainnya. Hasil peninggalan seni gerabah Indonesia masih
sangat sederhana, belum menggunakan roda putar maupun tatap batu. Semua
dikerjakan dengan tangan.
A.N.J. Th. A. Th. Van Der Hoop dalam
bukunya Indonesische Siermotieven (Ragam-ragam Perhiasan Indonesia, 1949)
mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari provinsi Yunan
(Tiongkok Selatan) yang bermigrasi pada 1500 SM. Dari sana mereka berjalan ke
pantai Barat dan Timur Hindia Belakang. Temuan peninggalan zaman ini berupa
perkakas batu seperti dijelaskan di atas.
Pada 500-300 SM kebudayaan perunggu
memengaruhi pesatnya perkembangan motif hias. Di antaranya kebudayaan Dong Son
yang datang dari Tiongkok, dengan ragam hias pilin, swastika maupun meander
(Jawa: banji). Pengaruh Tiongkok Selatan dan China Utara sebagai cikal bakal
nenek moyang kita menjadi titik awal perkembangan seni ragam hias di Indonesia.
Kebudayaan neolitikum dan perunggu inilah yang menjadi dasar bagi kebudayaan
seni rupa di Indonesia.
Kalau kita lihat ragam-ragam hias,
kesenian, berbagai bangsa , berbagai suku bangsa, dari waktu ke waktu banyak
yang mengalami kemiripan (kesamaan) dapat kita jelaskan melalui sejarah diffusi
(penyebaran) penduduk seperti kita bicarakan di atas. Namun begitu, dari sisi
ilmu jiwa dapat dijelaskan bahwa jiwa manusia di mana pun pada dasarnya sama.
Adolf Bastian (1826-1905), seorang ahli bangsa-bangsa dari Jerman, mengatakan
kesamaan seperti itu dengan istilah elementargedanken. CG. Jung (1875- 1961)
seperti dikutip dalam Indonesische Siermotieven, menyebut kejadian seperti ini
sebagai archetypen (pola dasar) yang terletak di bawah alam sadar manusia.
Kesamaan atau kemiripan ragam hias ini sangat banyak dijumpai di Indonesia.
bahwa ragam seni rupa nusantara disebut
sebagai ragam hias tradisional karena hidup dan dikembangkan secara turun[1]temurun sebagai
tradisi, baik bentuk maupun nilai-nilai filosofisnya. Ragam hias (ornamen)
tradisional nusantara biasanya berfungsi untuk menghias (memperindah)
benda-benda pakai (fungsional).
Motif ragam hias tradisional nusantara
dikelompokkan menjadi:
1. Motif geometris
a. Pilin
b. Pilin
ganda
c. Swastika
d. Swastika
ganda (Jawa: banji)
e. Kawung
f. Tumpal,
dan sebagainya
2. Motif tumbuhan (flora)
3. Motif binatang (fauna)
4. Motif manusia
5. Motif alam
Materi inti:
1. Ragam
hias: aneka corak seni rupa yang berfungsi untuk menghias benda lain
2. Ornamen:
dekorasi yang berfungsi untuk memperindah benda
3. Motif:
pokok, tema ragam hias
4. Geometris:
motif yang menggunakan unsur garis sebagai unsur utama
5. Diffusi:
penyebaran
Subunit 3.2: Membandingkan 2 Karya Seni Rupa Seniman Indonesia
Pada pembelajaran Subunit 3.2 ini siswa
akan diajak membandingkan karya 2 seniman Indonesia. Untuk mencapai pada tahap
membandingkan karya siswa akan diajak membekali diri dengan pengetahuan tentang
sejarah dan tokoh-tokoh seniman seni rupa Indonesia, jenis karya-karya seni
rupa Indonesia, dan karakteristik karya masing-masing seniman.
Sejarah seni rupa Indonesia adalah
bentuk pembabagan perkembangan Seni Rupa Indonesia Modern, yaitu:
1) masa
Perintisan (Masa Raden Saleh);
2) periode
Indonesia Jelita/Indie Mooi (masa Basuki Abdullah, dkk),
3) masa Cita
Nasional (masa S. Sudjojono dkk),
4) masa
Pendudukan Jepang (Keimin Bunka Shidoso),
5) masa
Sesudah Kemerdekaan,
6 masa
Pendidkan Formal,
7) masa Seni
Rupa Baru di Indonesia.
Tentu tidak semua materi di atas
diberikan kepada siswa. Selain luasnya cakupan materi, juga mempertimbangkan
usia perkembangan siswa. Guru memberikan materi yang relevan saja. Bisa hanya
memperkenalkan beberapa seniman saja.
Tujuan pembelajaran apresiatif adalah
untuk menumbuhkan kesadaran adanya keberagaman dalam karya seni rupa, termasuk
karya-karya seniman Indonesia. Keberagaman tersebut akan kita mulai dengan
mengenalkan perbedaan dari elemen terkecil, yaitu seniman. Maka, di dalam
materi apresiasi ini siswa diberikan latihan keterampilan menganilisis karya
dari berbagai aspek, seperti: ide/gagasan, tema (pesan moral) yang terkandung,
unsur-unsur seni rupanya, prinsip[1]prinsipnya, medium
yang digunakan, teknik pengekspresian, tahun pembuatan, dan sebagainya.
Materi inti:
1.
Apresiasi : proses evaluasi atau
penghargaan positif yang diserahkan seseorang terhadap sebuah karya.
2.
Karya : suatu pekerjaan yang
dilaksanakan manusia dan membuahkan hasil.
3.
Medium: bahan untuk berkarya seni rupa
4.
Indie Mooi: Indonesia Jelita, seni rupa zaman penjajahan Belanja (kolonial)
5.
Keimin Bunka Sidhoso: kegiatan seniman zaman pendudukan Jepang di Indonesia
Subunit 3.3: Merefleksi Efektifitas Pesan dalam Karya Sendiri
Landasan pembelajaran seni rupa melatih
siswa dapat merefleksikan perkembangan diri dengan kemampuan efektivitas
gagasan, pesan, dan medium dari karyanya.
Kemampuan dalam melihat, mengamati dan
membuat hubungan estetika antara karya dengan dirinya, lingkungan maupun
masyarakat menjadi tolok ukur dalam kegiatan refleksi dimana siswa dapat
menyampaikan pesan atau gagasannya dalam sebuah karya. Siswa mampu menjelaskan,
memberi komentar dan umpan balik secara kritis atas karya pribadi maupun karya
orang lain dengan mempresentasikannya secara runut, terperinci dan menggunakan
kosa kata yang tepat.
Refleksi artinya pantulan,
bayangan, atau cerminan. Ketika kita bercermin
kita akan melihat pantulan bayangan diri kita dari cermin tersebut. Dari hasil
pantulan bayangan di cermin kita bisa melihat keadaan diri kita yang
sebenarnya. Kita bisa melihat kelebihan maupun kekurangan diri. Tujuan
bercermin adalah untuk melihat diri sendiri dalam rangka menata diri, atau
memperbaiki suatu yang mungkin kurang tepat pada diri kita.
Kegiatan refleksi karya sendiri
adalah dalam rangka memberi kesadaran hubungan
antara pengalaman dengan makna dari berbagai pembelajaran yang telah mereka
lalui.
Siswa perlu dilatih kegiatan refleksi
untuk mengembangkan sikap rendah hati, mau melakukan introspeksi, dan menerima
kritik maupun pendapat dari orang lain. Selain itu pembelajaran mengandung elemen
merefleksikan, berdampak, pemahaman diri, menghargai karya, dan sebagainya.
Dari aspek Profil Pelajar Pancasila dan dimensi mandiri dalam bentuk
bertanggung jawab atas karyanya, dimensi bernalar kritis dalam bentuk
merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dimensi bergotong royong dalam bentuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama, dan sebagainya.
Materi inti:
1.
Refleksi: pantulan, melihat
kembali yang sudah dilakukan seniman, melihat kembali yang sudah dilakukan
dalam kegiatan belajar
2.
Kritis: mampu melakukan kritik
3.
Efektivitas: membawa hasil
Itulah Rangkuman/Ringkasan Materi Seni
Rupa Kelas 8 SMP Unit 3 “APRESIASI” yang bisa admin sajikan pada artikel ini,
dan bagi anda yang membutuhkan buku teks pelajaran seni rupa Kelas 8 SMP kurikulum
merdeka maka silahkan dapatkan filenya di bawah ini :
- Buku Guru & Siswa Seni Rupa Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka (DISINI)
Demikianlah informasi mengenai
Rangkuman/Ringkasan Materi Seni Rupa Kelas 8 SMP Unit 3 “APRESIASI” yang akan
dipelajari pada kurikulum merdeka. Semoga apa yang telah admin sajikan dan
bagikan pada kesempatan ini bisa membantu para guru dan siswa dalam mempelajari
materi pada mata pelajaran seni rupa di Kelas 8 SMP Kurikulum merdeka.
Sekian dan Selamat Belajar !