Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Kurikulum Merdeka
Kherysuryawan.id – Rangkuman materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 3 “Menyusuri Nilai Dalam Cerita Lintas Zaman” semester 1 kurikulum merdeka.
Salam sejahtera buat kita semua,
Halo sahabat kherysuryawan, pada
postingan kali ini admin akan kembali memberikan sajian ringkasan/rangkuman
materi pelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia jenjang SMA
untuk kelas 10 Bab 3 yaitu tentang materi Menyusuri Nilai Dalam Cerita Lintas
Zaman.
Adapun isi materi yang nantinya akan di
pelajari pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 10 Bab 3 yaitu sebagai
berikut :
A. Mengidentifikasi Ide dan Makna Kata dalam Hikayat
B. Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen
C. Menggunakan Kaidah Bahasa dalam Hikayat dan Cerpen
D. Menulis Cerpen Berdasarkan Nilai dalam Hikayat
E. Membuat Media Presentasi Berupa Video Gerak Henti
Materi diatas merupakan materi yang akan
di pelajari pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 10 seemster 1 kurikulum
merdeka. Saat ini sekolah telah menggunakan kurikulum merdeka sehingga bagi siswa
yang membutuhkan ringkasan materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 3 maka bisa
mendapatkannya pada artikel ini.
Seluruh ringkasan materi yang telah
admin buat serta siapkan pada postingan ini merupakan materi yang bersumber
dari buku siswa Bahasa Indonesia kelas 10 SMA kurikulum merdeka. Ringkasan materi
ini sengaja admin buat agar bisa membantu siswa dalam belajar yang lebih mudah
dan mengasyikkan.
Baiklah berikut ini sajian ringkasan
materi Bahasa Indonesia kelas 10 Bab 3 semester 1 kurikulum merdeka yaitu tentang
“Menyusuri Nilai Dalam Cerita Lintas Zaman”
BAB 3 MENYUSURI NILAI DALAM CERITA LINTAS ZAMAN
A. Mengidentifikasi Ide dan Makna Kata dalam Hikayat
Kata hikayat
diturunkan dari kata bahasa Arab “haka” yang mempunyai arti: menceritakan,
menirukan, mewartakan, menyerupai, berkata, meneruskan, dan melukiskan (Baried
dkk, 1985, 9).
Hikayat ialah karya
sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan
silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan
sifatsifat itu.
Hikayat dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta
B. Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen
Meskipun hikayat dan cerpen sama-sama
merupakan cerita naratif berupa fiksi, ada perbedaan antara keduanya. Hal
tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial dan budaya pada saat cerita
tersebut dibuat. Hikayat yang dibuat pada masa kerajaan tidak dapat lepas dari
nuansa istana, baik pada tokohnya maupun setting cerita.
Tokoh pada hikayat cenderung berlatar
belakang keluarga kerajaan atau orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan
dikenal dengan orang[1]orang yang sakti
hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan,
para tokoh tidak hanya diambil dari kerajaan yang ada di bumi, tetapi juga
kerajaan kayangan. Perbedaan kasta di setiap golongan masyarakat muncul sangat
jelas pada cerita. Hal ini sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif
mengambil tokoh dalam cerita.
Alur yang digunakan pada hikayat adalah
alur maju. Berbeda dengan cerpen yang memiliki alur lebih variatif.
Sudut pandang penceritaan pun berbeda
antara hikayat dan cerpen. Hikayat menggunakan sudut pandang orang ketiga,
orang yang men[1]ceritakan. Adapun
cerpen menggunakan sudut pandang yang beragam.
Nilai-nilai yang terkandung dalam karya
sastra, termasuk hikayat, terdiri atas nilai pendidikan, religius, moral, dan
nilai sosial.
1. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau
kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
2. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta
alam dan seisinya.
3. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai
kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
4. Nilai sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu
lainnya dalam satu kelompok.
C. Menggunakan Kaidah Bahasa dalam Hikayat dan Cerpen
KONJUNGSI URUTAN WAKTU
Konjungsi urutan waktu digunakan untuk
menyatakan urutan sebuah kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu
sebelumnya, saat, maupun setelahnya.
Penggunaan konjungsi urutan waktu yang
tidak tepat akan mengubah logika alur cerita dan koherensi sebuah paragraf. Hal
lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah
frekuensinya.
Majas
Majas atau gaya bahasa sangat erat
kaitannya dengan cerita fiksi. Majas digunakan untuk menambahkan keindahan cara
penyampaian cerita.
Beberapa majas yang sering kali
digunakan, baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:
Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang menyebut
seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.
Contoh:
1. Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun
hamillah tiga bulan lamanya.
2. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih kepada perempuan
tua itu
Personiikasi
Personiikasi adalah majas yang menyatakan
benda mati maupun benda hidup yang bukan manusia (hewan/tumbuhan) sebagai
sesuatu yang seolah-olah bersifat dan berlaku layaknya manusia.
Contoh:
1. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2. Angin menyambar wajahku.
Simile
Majas simile adalah majas yang
membandingkan suatu hal dengan hal lainnya secara eksplisit menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang
biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh:
1. “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.
2. Mereka selalu bertengkar bak kucing dan anjing
Metafora
Metafora adalah majas yang menggunakan
kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai
dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain. Metafora tidak
menggunakan kata penghubung atau kata pembanding seperti simile.
Contoh:
1. Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua
menyambutku dengan hangat.
2. Ia adalah tulang punggung keluarga.
Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang
mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang
sebenarnya.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai
kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
2. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar
dari freezer
D. Menulis Cerpen Berdasarkan Nilai dalam Hikayat
Agar memudahkan dalam menulis cerita, maka
dapat memulainya dengan membuat kerangka cerita menggunakan peta konsep.
Peta konsep adalah gambar yang digunakan
untuk menjelaskan hubungan beberapa hal atau konsep secara lebih ringkas dan
menarik.
E. Membuat Media Presentasi Berupa Video Gerak Henti
Video gerak henti adalah salah satu
teknik animasi untuk membuat objek yang dimanipulasi secara fisik agar terlihat
bergerak dengan sendirinya. Objek tersebut digerakkan sedikit demi sedikit pada
setiap frame yang akan difoto.
Gambar latar adalah gambar yang tidak
perlu digerakkan pada satu adegan.
Gambar bergerak adalah gambar yang harus
digerakkan secara perlahan pada setiap kali pengambilan gambar agar cerita
tampak hidup.
Demikianlah sajian ringkasan materi Bahasa Indonesia kelas 10 SMA Bab 3 tentang Menyusuri Nilai Dalam Cerita Lintas Zaman. Semoga sajian ringkasan materi diatas tersebut dapat bermanfaat bagi siswa yang akan belajar materi Bahasa Indonesia kelas 10 bab 3 pada kurikulum merdeka.