Rangkuman Materi PAI Kelas 10 Bab 3 Kurikulum Merdeka
Kherysuryawan.id – Rangkuman materi PAI Kelas 10 SMA/SMK Bab 3 “Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya-foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur, dan Hasad” kurikulum merdeka semester 1.
Assalamualaikum warahmatulahi
wabarakatuh, sahabat pendidikan dimanapun berada pada kesempatan kali ini admin
akan memberikan ulasan/ringkasan materi pelajaran khususnya untuk mata
pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 10 kurikulum merdeka.
Admin sengaja membuat ringkasan materi
PAI kelas 10 semester 1 ini dengan maksud agar dapat memudahkan para siswa yang
akan menggunakannya sebagai salah satu bahan belajar. Dengan mempelajari
ringkasan dan rangkuman materi maka tentunya akan memudahkan siswa dalam
memahami materi yang sedang di pelajari.
Jika di sekolah anda sudah menerapkan
pembelajaran kurikulum merdeka dan sedang membutuhkan ringkasan/rangkuman
materi pendais kelas 10 Bab 3 “Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari
Berfoya-foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur, dan Hasad” maka melalui postingan ini
anda bisa mendapatkan sajian materinya.
Adapun materi yang akan admin berikan
dari hasil ringkasan ini yaitu materi yang berumber dari buku siswa PAI kelas
10 SMA/SMK kurikulum merdeka.
Dalam mempelajari materi “Menjalani
Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya-foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur,
dan Hasad” ada beberapa tujuan yang di harapkan untuk dicapai oleh peserta
didik. Berikut ini penjelasannya :
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab 3 ini peserta didik
diharapkan kompeten dalam
1.
menganalisis manfaat
menghindari sikap hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur, dan hasad
2.
membuat karya berupa quote dan
mempublikasikan di media sosial
3.
menghindari sikap hidup sikap
hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur, dan hasad
4.
terbiasa bersikap rendah hati
dalam kehidupan sehari-hari
Nah, setelah memahami tujuan pembelajaran
di atas, maka untuk melihat sajian materi hasil ringkasan PAI kelas 10 Bab 3 semester
1 kurikulum merdeka maka berikut ini selengkapnya;
Bab 3 Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya[1]foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur, dan Hasad
1. Menghindari Sifat Hidup Berfoya-Foya
Secara kodrat alamiah, manusia memang
memiliki tabiat mencintai harta. Pada saat uang dan hartanya melimpah,
perilakunya bisa berubah menjadi lebih konsumtif. Ia akan mudah membuat
keputusan untuk membeli barang-barang mewah, meskipun barang tersebut kurang
begitu penting bagi diri dan keluarganya. Sesungguhnya gaya hidup seperti itu
salah, karena termasuk kategori menghamburkan harta, pemborosan dan
berfoya-foya.
Berfoya-foya merupakan pola pikir, sikap
dan tindakan yang tidak seimbang dalam memperlakukan harta.
Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya,
jika harta digunakan dengan baik maka harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya
kalau harta dikelola secara salah maka akan mencelakakannya.
Islam menganjurkan umatnya untuk hidup
bersahaja, seimbang dan proporsional. Perhatikan Q.S al-Isra’/17: 26-27 berikut
ini!
Artinya: “Dan berikanlah haknya kepada
kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur[1]hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan
dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S al-Isra’/17: 26-27)
Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa pemboros merupakan saudara setan. Berkaitan dengan sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), Allah Swt. berirman dalam Q.S al-Furqan/25: 67 berikut ini:
Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan
Yang Maha Pengasih) orang[1]orang yang apabila
menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di
antara keduanya secara wajar”. (Q.S al-Furqan/25: 67)
Tabzir (boros) adalah perilaku
membelanjakan harta tidak pada jalannya.
Allah Swt. sangat tidak menyukai
seseorang yang mempergunakan harta secara berlebihan (israf) dan tanpa manfaat.
Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-hak orang lain atas
hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta
melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya
untuk kepentingan dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan
uang dan harta pada seseorang yang lemah imannya.
Contoh tabzir dan israf dalam
makan dan minum:
Seseorang mengambil banyak makanan
dan minuman pada suatu acara tasyakuran. Ia takut tidak mendapat bagian, tanpa
sama sekali tidak mempertimbangkan daya tampung perut. Akhirnya ia tidak
sanggup menghabiskan makanan dan minuman tersebur.
Contoh tabzir dan israf dalam
berbicara:
Berkata-kata yang tidak penting dan
tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan lawan bicara ataupun melalui
media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain misalnya, menggunakan
kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.
Contoh tabzir dan israf dalam
penampilan:
Memakai perhiasan emas di kedua
tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat pertemuan warga. Berpakaian
mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar negeri.
Dampak negatif sifat hidup
berfoya-foya
Banyak dampak negatif dari sikap hidup
berfoya-foya, di antaranya:
1) Terlalu
sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat
2)
Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer
3) Dapat
memicu frustasi apabila hartanya habis
4) Berpotensi
menimbulkan sifat kikir
Cara menghindari sifat hidup
berfoya-foya:
Agar terhindar dari sifat hidup
berfoya-foya, lakukanlah hal-hal berikut ini :
1)
Membelanjakan harta sesuai dengan skala priorias kebutuhan
2)
Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain
3) Bergaya
hidup sederhana
4) Selalu
bersyukur
5) Bertindak
selektif dan terencana
6) Bersikap
rendah hati
2. Menghindari Sifat Riya’ dan Sum’ah
Secara bahasa, sum’ah berarti
memperdengarkan. Secara istilah, sum’ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan
amal ibadah yang dilakukan kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau
sanjungan. Sedangkan riya’, secara bahasa berarti menampakkan atau
memperlihatkan. Secara istilah, riya’ yaitu melakukan ibadah dengan niat supaya
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
Riya’ dan sum’ah merupakan sifat tercela
yang menyebabkan amal ibadah menjadi sia-sia.
Perhatikan irman Allah Swt. dalam Q.S.
al-Baqarah/2: 264 berikut ini:
Artinya: "Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena
ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi.
Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kair." (Q.S. al-Baqarah/2:
264)
Syarat diterimanya amal ada tiga:
(1). Beramal dengan landasan ilmu,
(2). Berniat ikhlas karena Allah Swt.,
(3). Melakukan dengan sabar dan ikhlas
Riya’ dibagi menjadi dua tingkatan,
yaitu
1. riya’ khalish
yaitu
melakukan ibadah hanya untuk mendapat pujian dari manusia semata.
2. riya’ syirik.
yaitu
melakukan suatu perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan sekaligus
juga karena ingin mendapatkan sanjungan dari orang lain.
Ditinjau dari bentuknya, riya’ dibagi
menjadi dua, yaitu riya’ dalam niat dan riya’ dalam perbuatan. Beberapa
contohnya tersaji dalam tabel berikut ini!
Seseorang yang bersifat riya’ dan sum’ah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Selalu menyebut dan mengungkit amal baik yang pernah dilakukan
2. Beramal hanya sekadar ikut-ikutan bersama orang lain
3. Malas atau enggan melakukan amal shaleh apabila tidak dilihat oleh
orang lain
4. Melakukan amal kebaikan apabila sedang berada di tengah khalayak
ramai
5. Amalannya selalu ingin dilihat dan didengar agar dipuji oleh orang
lain
6. Ekspresi amal berbeda karena sedang dilihat oleh orang lain atau
tidak
7. Tampak lebih rajin dan bersemangat dalam beramal saat mendapat
sanjungan, sebaliknya semangatnya akan turun apabila mendapat cemoohan dari
orang lain
Perbuatan riya’ dan sum’ah akan
berdampak negatif bagi pelakunya dan masyarakat secara umum. Dampak negatif
tersebut antara lain:
1. Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan
2. Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan
3. Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama
sekali
4. Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain
5. Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain
6. Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan
iri dan dengki
Berikut ini beberapa cara menghindari
sifat riya’ dan sum’ah:
1) Meluruskan
niat
2) Menyadari
bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
3) Memohon
pertolongan Allah Swt.
4)
Memperbanyak rasa syukur
5)
Memperbanyak ingat kematian
6)
Membiasakan hidup sederhana
3. Menghindari Sifat Takabbur
Takabur adalah sikap seseorang yang
menunjukkan sifat sombong atau merasa lebih kuat, lebih hebat dibanding orang
lain. Orang takabur selalu meremehkan dan merendahkan orang lain, tidak mau
mengakui kehebatan dan keberhasilan orang lain, dan menolak kebenaran.
Allah Swt.berirman dalam Q.S al-A’raf/7:
40 berikut ini
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan
dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga,
sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat jahat.” (Q.S al-A’raf/7: 40)
Bahkan dalam Q.S al-A’raf/7: 36 secara
tegas dinyatakan bahwa orang takabur akan dimasukkan ke neraka
Artinya: “Tetapi orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itulah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”. (Q.S al-A’raf/7: 36)
Sifat takabur akan berdampak negatif
bagi kehidupan seseorang, di antaranya
1) Dibenci
oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
2) Dibenci
dan dijauhi oleh masyarakat
3) Mata
hatinya terkunci dari memperoleh hidayah kebenaran
4)
Mendapatkan siksa dan kehinaan di akhirat
5) Dimasukkan
kedalam neraka
Beberapa cara menghindari sifat takabur
di antaranya adalah :
1) Menyadari
kekurangan dan kelemahan dirinya
2) Menyadari
bahwa hidup di dunia hanya sementara
3) Berusaha
selalu menghargai orang lain
4) Bersifat
rendah hati (tawadhu’)
5) Ikhlas
dalam melakukan ibadah
4. Menghindari Sifat Hasad
Hasad adalah sifat seseorang yang merasa
tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain karena memperoleh suatu nikmat dan
berusaha menghilangkan nikmat tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa ada dua sifat
hasad yang dibolehkan, hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw. berikut :
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a.,
berkata: “Nabi Saw. bersabda: ‘Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang: (1).
Orang yang diberi harta kekayaan oleh Allah lalu digunakan untuk menegakkan haq
dan kebaikan, (2). Orang yang diberi oleh Allah hikmah (ilmu) lalu diamalkan
dan diajarkan kepada orang lain.” (HR. Bukhari)
Menurut Imam Ghazali, ada tiga jenis
hasad yang membahayakan manusia, yaitu:
1. Mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki orang lain, dan ia
mendapatkan nikmat tersebut
2. Mengharapkan hilangnya kebahagiaan orang lain, sekalipun ia tidak
mendapatkan apa yang membuat orang tersebut bahagia. Asalkan orang lain jatuh
menderita, maka ia merasa bahagia.
3. Merasa tidak ridha terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.
kepada orang lain, meskipun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat dari orang
tersebut. Ia benci apabila orang lain dapat menyamai atau melebihi apa yang
diterimanya dari Allah Swt.
Berikut ini dampak negatif dari sifat
hasad, di antaranya adalah :
1) Menentang
takdir Allah Swt.
2) Hati
menjadi susah
3)
Menghalangi keinginan berdoa kepada Allah Swt.
4) Meremehkan
nikmat dari Allah Swt.
5)
Merendahkan martabat orang lain
Berikut ini merupakan cara menghindari
sifat hasad
1) Meyakini
keadilan Allah Swt.
2)
Memperbanyak rasa syukur
3) Menjaga
sifat rendah hati (tawadhu’)
4) Senang
membantu orang lain
5) Mempererat
tali silaturahmi
6)
Mendahulukan kepentingan umum
Berikut ini rangkuman dari materi yang
telah di ringkas diatas yang sekiranya bisa lebih menebalkan pemahaman siswa
dalam belajar mata pelajaran PAI di kelas 10 SMA/SMK :
1. Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan
baik maka harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara
salah maka akan mencelakakannya.
2. Islam melarang perilaku berlebih-lebihan atau melampaui batas
(israf), boros (tabzir) dalam membelanjakan harta, pamer (riya’), sum’ah,
sombong (takabur), dan dengki (hasad).
3. Tabzir (boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada
jalannya atau mengeluarkan harta tidak haq
4. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta
melewati batas kepatutan menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya
untuk kepentingan dunia maupun akhirat.
5. Riya’ yaitu melakukan dan memperlihatkan amal ibadah dengan niat
supaya mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.
6. Sum’ah yaitu memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang
dilakukan kepada orang lain agar dirinya mendapat pujian atau sanjungan.
7. Takabur adalah sikap seseorang yang menunjukkan sifat sombong atau
merasa lebih kuat, lebih hebat dibanding orang lain.
8. Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap
kebahagiaan orang lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha
menghilangkan nikmat tersebut.
9. Syarat diterimanya amal ada tiga:
(1). Beramal
dengan landasan ilmu,
(2). Berniat
ikhlas karena Allah Swt.,
(3).
Melakukan dengan sabar dan ikhlas.
10. Benteng amal itu ada tiga, yaitu
(1). Merasa
bahwa hidayah itu datangnya dari Allah Swt.,
(2). Berniat
meraih ridha Allah Swt. agar dapat mengalahkan hawa nafsu,
(3). Berharap
pahala dari Allah Swt. dengan menghilangkan riya’ dan sum’ah.
11. Sifat hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, hasad dapat dihindari dengan menerapkan sifat rendah hati (tawadhu’).
Demikianlah informasi mengenai ringkasan / rangkuman materi PAI kelas 10 SMA/SMK Bab 3 “Menjalani Hidup Penuh Manfaat dengan Menghindari Berfoya-foya, Riya’, Sum’ah, Takabbur, dan Hasad” yang nanti akan di pelajari di semester 1 kurikulum merdeka, semoga ringkasan materi ini dapat membantu rekan pendidikan yang membutuhkannya.