7. Adanya hubungan
kekeluargaan
para warga sekolah yang akrab dan harmonis; dan
8.
Tumbuhnya semangat peserta untuk maju,dan
bekerja keras.
MATERI MPLS: Pendidikan
KARAKTER
Pengertian
Pendidikan Karakter Menurut Ahli
Penguatan pendidikan moral (moral
education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks
sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di
negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman,
pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi,
dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat
ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya
pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan
konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral
(moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa
karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk
berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan di bawah ini merupakan
bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
1.
Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter
dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat,
dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh
Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah
suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2.
Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter
sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
maupun negara.
3.
Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki
oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar
pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang
mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu
(Kertajaya, 2010).
4.
Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter
adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya
kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif
tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan
karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif,
Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air,
Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli
lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
Pendidikan karakter telah menjadi
perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas,
bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga
masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character
development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode
khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode
pembelajaran yang sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan,
dan metode pujian dan hukuman.
Karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.Pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun
2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas,
namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir
generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas
nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Pendidikan yang bertujuan melahirkan
insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther
King, yakni; intelligence plus character… that is the goal
of true education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir
pendidikan yang sebenarnya).
Memahami
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas
Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.
Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Terdapat sembilan
pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
1. Karakter cinta
Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan
tanggungjawab
3. Kejujuran/amanah,
diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka
tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
6. Percaya diri dan
pekerja keras
7. Kepemimpinan dan
keadilan
8. Baik dan rendah
hati, dan
9. Karakter
toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan pilar karakter itu,
diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode
knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa
mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing
the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni
bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat
orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa,
orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku
kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the
good itu berubah menjadi kebiasaan.
Dasar pendidikan karakter ini,
sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli
psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa
sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi
pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga,
yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Namun bagi sebagian keluarga,
barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit,
terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.
Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak
masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan
taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut
digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas,
yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Dampak Pendidikan
Karakter
Apa dampak pendidikan karakter terhadap
keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab
pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini
diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character
Education Partnership.
Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa
hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis,
menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik
pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang
secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya
penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik.
Sebuah buku yang berjudul Emotional
Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan
berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak
terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor
resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa
percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel
Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan
emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya.
Anak-anak yang bermasalah ini sudah
dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa
sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari
masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba,
miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Beberapa negara yang telah menerapkan
pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika
Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini
menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara
sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
Seiring sosialisasi tentang relevansi
pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera
menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga
berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
MATERI MPLS : TATA KRAMA SISWA
Tata krama atau adat sopan santun atau sering
disebut etiket telah menjadi bagian dalam hidup, contoh; pada waktu Anda masih
kanak-kanak, orang tua Anda sudah melatih Anda menerima pemberian orang dengan
tangan sebelah kanan dengan mengucapkan terima kasih. Orang tua Anda melatih
Anda cara makan, minum, menyapa, memberi hormat dan berpakaian. Lama kelamaan
perilaku Anda menjadi kebiasan. Tata krama adalah kebiasaan, yang lahir dalam
hubungan antar manusia. Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan
terbatas lama kelamaan dapat merambabt ke lingkungan yang lebih luas. Tata
krama telah menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tata krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antara manusia setempat.
Tata krama terdiri atas
kata tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama berarti
sopan santun, kelakuan, tindakan, perbuatan. Tata krama berarti adat sopan
santun, kebiasaan sopan santun. Dalam pergaulan sehari-hari.
MATERI MPLS: kesadaran berbangsa dan bernegara
Di era globalisasi ini banyak
tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran berbangsa dan bernegara
sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama memberikan pemahaman
bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab
mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi
warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa
dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah
mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan
salah satu indikator bahwa warga bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami
penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hal ini bisa kita lihat dari
berbagai daerah sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga, perkelaian
pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun
tambang, dan lain-lain. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna
bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara
Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan
diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan
Negara Indonesia.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita
semua. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara
Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat
diwujudkan.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa
dan bernegara di tingkat pemuda yang perlu di cermati secara seksama adalah
semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal
banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan pemuda untuk
membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu
masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari
semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi
bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun, karena
masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan
jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ pemuda telah melakukan
langkah konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita
berupaya untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air.
Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme
di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang
harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:
1. Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini
perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan
budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik
negara kita.
2. Kesadaran Berbangsa
dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap
kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak
bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3. Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para
pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa
Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki
beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4. Rela berkorban untuk
Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama
negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk
bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang
atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela
berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan
Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara
ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari
Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia
sering sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan
tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar
bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru
dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak
terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia
dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional
maupun internasional.
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa
yang menjadi faktor-faktor pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak
dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di
sekolah-sekolah, juga sosialisasi di masyarakat,niscaya akan terwujud.. Pada
pendidikan kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme,
yaitu kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu
menghargai dan mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan
religi sudah harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar
warganegara memiliki sikap toleran.
MATERI : PENGENALAN KURIKULUM MERDEKA
Apa itu Kurikulum Merdeka?
Untuk mendukung visi pendidikan Indonesia, dan sebagai
bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya
disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum
yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan
karakter dan kompetensi peserta didik.
Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung
pemulihan pembelajaran adalah:
- Fokus
pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam,
- Waktu
lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui belajar
kelompok seputar konteks nyata (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)
- Capaian
pembelajaran per fase dan jam pelajaran yang fleksibel mendorong
pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan pelajar dan
kondisi satuan pendidikan.
- Memberikan
fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan perangkat ajar serta materi
pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan melaksanakan
pembelajaran berkualitas.
- Mengedepankan
gotong royong dengan seluruh pihak untuk mendukung implementasi Kurikulum
Merdeka.
Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
- Pembelajaran
intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih
perangkat ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta
didiknya.
- Pembelajaran
kokurikuler berupa projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila, berprinsip pembelajaran interdisipliner yang
berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.
- Pembelajaran
ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber
daya satuan pendidik.
Satuan pendidikan menerjemahkan Capaian Pembelajaran dengan
menyusun kurikulum operasional dan rencana pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar pelajar dan karakteristik satuan pendidikan masing-masing.
Muatan capaian pembelajaran dapat dikelola pendidik sebagai mata pelajaran
tersendiri, tematik, integrasi, atau sistem blok.
Alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum dituliskan
secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran
jika disampaikan secara reguler/mingguan.
Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka merupakan
siklus yang melalui tiga tahapan berikut:
1. Asesmen diagnostik
Guru melakukan asesmen awal untuk mengenali potensi,
karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan, dan tahap pencapaian pembelajaran
murid. Asesmen umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran,
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melakukan perencanaan lebih lanjut
terkait metode pembelajaran yang sebaiknya digunakan.
2. Perencanaan
Guru menyusun proses pembelajaran sesuai
dengan hasil asesmen diagnostik, serta melakukan pengelompokan
murid berdasarkan tingkat kemampuan.
3. Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen
formatif secara berkala, untuk mengetahui progres pembelajaran
murid dan melakukan penyesuaian metode pembelajaran, jika diperlukan.
Pada akhir proses pembelajaran, guru juga bisa melakukan asesmen
sumatif sebagai proses evaluasi ketercapaian tujuan
pembelajaran.
6 Dukungan
Implementasikan Kurikulum Merdeka Bagi Satuan Pendidikan
- Platform
Merdeka Mengajar: Menyediakan beragam topik pelatihan tentang
Kurikulum Merdeka hingga berbagai referensi Perangkat Ajar (Panduan,
Capaian Pembelajaran dan Alur Tujuan Pembelajaran) serta sumber belajar
lainnya yang bisa diakses secara mandiri maupun kelompok kapanpun dan
dimanapun.
- Seri
Webinar (dari Pusat dan Daerah): Kemendikbudristek dan Unit Pelaksana
Teknis di daerah menyelenggarakan seri webinar implementasi Kurikulum
Merdeka untuk berbagi praktik baik maupun informasi terkini bagi guru,
kepala satuan pendidikan dan unsur pemangku pendidikan.
- Komunitas
Belajar: Komunitas Belajar dapat memfasilitasi proses refleksi,
belajar, dan berbagi bersama dalam mempelajari dan mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka Komunitas belajar dapat dibentuk bersama-sama oleh
pendidik pada tingkat Satuan Pendidikan, Tingkat Daerah maupun Komunitas
Daring.
- Narasumber
Berbagi Praktik Baik (Rekomendasi dari Pusat): Narasumber berasal dari
pendidik yang telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dan telah diseleksi.
Narasumber berbagi praktik baik dapat dihubungi melalui Platform Merdeka
Mengajar.
- Mitra
Pembangunan: Organisasi/ Lembaga/ Dunia Usaha/ Dunia Industri yang
secara mandiri dan sukarela mendukung proses belajar komunitas di tingkat
daerah dan/atau tingkat satuan
pendidikan.
- Pusat
Layanan Bantuan (Helpdesk): Pendidik dan kepala satuan
pendidikan dapat menyampaikan pertanyaan dan mengkonfirmasi pemahaman
melalui pusat layanan bantuan.
MATERI : PROFIL PELAJAR PANCASILA
Pengertian Profil Pelajar Pancasila
Definisi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah ciri karakter
dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan
pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Kegunaan Profil Pelajar Pancasila
- Menerjemahkan
tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh
seluruh pemangku kepentingan pendidikan
- Menjadi
kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia
- Tujuan
akhir segala pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan
Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa
elemen di dalamnya.
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta
menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen
kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia:
(a) akhlak beragama;
(b) akhlak pribadi;
(c) akhlak kepada manusia;
(d) akhlak kepada alam; dan
(e) akhlak bernegara.
- Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan
identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya
lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya
dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur
bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi:
(a) mengenal dan menghargai budaya;
(b) kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi
dengan sesama; dan
(c) refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
- Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar
yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari
mandiri terdiri dari:
(a) kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi; serta
(b) regulasi diri.
- Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar
kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen
dari bergotong royong adalah:
(a) kolaborasi,
(b) kepedulian, dan
(c) berbagi.
- Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara
berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah:
(a) memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
(b) menganalisis dan mengevaluasi penalaran,
(c) merefleksikan pemikiran dan proses berpikir, dan
(e) mengambil keputusan.
- Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan
sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari
kreatif terdiri dari:
(a) menghasilkan gagasan yang orisinal, serta
(b) menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
MATERI MPLS : ANTI BULLYING
Pada materi MPLS tentang Anti Bullying maka
nantinya guru dapat memberikan informasi seputar a;
- Apa arti Bullying atau Perundungan.
- Apa saja jenis-jenis Bullying.
- Upaya pencegahan oleh anak.
- Upaya pencegahan oleh keluarga.
- Upaya pencegahan oleh satuan pendidikan.
- Upaya pencegahan oleh masyarakat
Itulah beberapa cuplikan materi MPLS yang akan saya bagikan pada postingan kali ini, apabila anda menginginkan file yang lengkap dari keseluruhan materi MPLS yang telah saya sebutkan pada artikel ini, maka anda dapat mendownloadnya melalui link download yang saya sediakan di bawah ini :
BERIKUT INI FILE LENGKAP MATERI MPLS TERBARU :
- Menumbuhkan sikap kesadaran bela negara (disini)
- Kepemimpinan (disini)
- Pendidikan Karakter (disini)
- Wawasan Wiyata Mandala Format Word (disini)
- Wawasan Wiyata Mandala Format Pdf (DISINI)
- Penganalan kurikulum 2013 (disini)
- Tata Krama Siswa (disini)
- Kesadaran Berbangsa dan Bernegara (disini)
- Belajar Efektif (disini)
- 4 Pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (disini)
- Pengenalan Tentang Kurikulum Merdeka (disini)
- Kebijakan Kurikulum Merdeka (disini)
- Pengenalan Profil Pelajar pancasila (disini)
- Anti Bullying (disini)
- MATERI MPLS SEKOLAH KURIKULUM MERDEKA (DISINI)
- MATERI MPLS MASA PANDEMI (DISINI)
BACA JUGA :
- SK PANITIA MPLS TERBARU (DISINI)
- Kartu Peserta MPLS Terbaru (DISINI)
- SK Pemateri MPLS Terbaru (DISINI)
- Daftar Hadir Panitia/Pemateri MPLS Terbaru (DISINI)
- Format Contoh Tata Tertib MPLS Terbaru (DISINI)
- Contoh Format Jadwal MPLS Terbaru (DISINI)
- Program Kerja MPLS Terbaru (DISINI)
Seluruh file materi MPLS di atas dapat anda download secara gratis untuk dapat membantu bapak dan ibu guru yang membutuhkan materi MPLS, dan semoga file materi MPLS tersebut dapat bermanfaat buat anda yang membutuhkannya.